Monday 6 February 2017

Penjelasan dan Panduan menjawab soal Psikotes CFIT


CFIT atau yang merupakan kependekan dari Culture Fair Intelligence Test merupakan test hasil kembangan oleh salah satu tokoh peneliti inteligensi terkenal, yaitu Raymond Cattell.
Test CFIT dirancang dengan menyempurnakan test – test inteligensi pendahulunya yang masih dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan juga norma serta nilai sosial yang ada pada masing – masing suku bangsa, Ras dan Negara. Norma dan juga nilai – nilai pada suatu kebudayaan ini, dianggap berpengaruh pada hasil dari penilaian Inteligent Quotient (IQ) atau Inteligensi individu. Makanya dibutuhkankan sebuah model tes kecerdasan inteligensi universal, yang sifatnya :
  1. Bebas atau Independen
  2. Tidak terikat pada kebudayaan, Ras, bangsa, agama dan nilai moral tertentu
  3. Dipahami oleh semua orang secara global tanpa terpengaruh bahasa
Dalam mengembangkan tes CFIT Raymond cattell berupaya menciptakan instrumen yang secara psikometrika sehat dan berdasarkan teori yang komprehensif dan serta memiliki nilai reliabilitas dan validitas instrumen tes yang tinggi. Tes CFIT ini sering pula dikenal dengan tes G. 
Test CFIT ini merupakan psikotes yang mengukur apa yang dikenal sebagai fluid intelligence, yaitu kecerdasan yang meliputi kemampuan analisis dan penalaran. Terdapat tiga jenis CFIT, yaitu :
  1. CFIT skala 1, yang ditujukan untuk mereka yang mengalami retardasi mental 
  2. CFIT Skala 2, yang ditujukan untuk usia 8 hingga 13 tahun
  3. CFIT skala 3, yang ditujukan untuk dewasa dan memiliki dua bentuk, A dan B.
CFIT Skala 3 adalah bentuk test CFIT yang paling umum dan juga banyak digunakan saat ini, terutama untuk penggunaan seleksi karyawan  dan juga penilaian kecerdasan individu. Psikotes ini sering dipakai untuk seleksi perusahaan Swasta, BUMN  (Bank Indonesia, Pertamina, PLN, Telkom, Bank Mandiri, BRI, dll) dan tes CPNS .
CFIT sendiri (Skala 3) terdiri dari 4 macam subtest. Berikut ini adalah ke empat macam subtest pada CFIT:
  1. Subtest 1 – Series
Peserta atau klien diminta untuk melanjutkan pola yang sudah ada, dan memilih 1 dari 6 pilihan pola yang ada.
  1. Subtest 2 – Classification
Peserta atau klien diminta untuk memilih 2 dari 5 pilihan gambar, dengan pola ataupun karakteristik yang sama atau memiliki kemiripan.
  1. Subtest 3 – Matrices
Peserta atau klien diminta untuk memilih 1 dari 5 pilihan jawaban, yang mampu melengkapi gambar utama yang tersaji. Subtest ini memiliki cara kerja yang mirip dengan APM, SPM, dan juga CPM.
  1. Subtest 4 – Condition / Typologi
Peserta atau klien diminta untuk memilih 1 dari 5 jawaban dimana jawaban tersebut memiliki kondisi, tekstur ataupun situasi yang sama seperti pada soal yang tersaji.
CFIT merupakan bentuk battery test, karena itu membutuhkan waktu, dan peserta atau klien dituntut untuk mampu menjawab soal pada masing – masing subtest dalam waktu tertentu. Masing – masing subtest pada CFIT memiliki karekteristik yang berbeda – beda, sehingga peserta atau klien nantinya harus konsentrasi dan juga focus terhadap instruksi yang diberikan oleh tester pada saat pelaksanaan test.

Skoring pada test CFIT ini dilakukan dengan melihat jawaban yagn diberikan oleh peserta atau klien, dan menghitung total jawaban benar yang dimiliki oleh klien setelah melaksanakan test. Total jawaban yagn benar akan disebut sebagai RS atau Raw Score, yang harus dirubah atau dikonversi ke dalam Scaled Score. Setelah itu, skor tersebut kemudian dipasangkan degnan norma yang sudah baku, untuk kemudian melihat tingkat kecerdasan dari peserta atau klien. Sama seperti test Raven APM, CFIT cenderung hanya memberikan gambaran berupa tingkat kecerdasan ataupun kategori kecerdasan klien saja, dan tidak memberikan nilai IQ.
CFIT bisa dibilang merupakan test inteligensi sederhana yang mudah dan juga simple, baik dalam mengerjakan, menskoring, dan juga melakukan interpretasi, sama seperti test Matrices (APM, SPM, dan CPM). Hal ini membuat CFIT banyak digunakan dalam rangkaian psikotes singkat, misalnya rekrutmen, tes kecerdasan awal, assesmen awal. Namun tentu saja CFIT cenderung terbatas, sehingga jarang digunakan sebagai alat test dalam tujuan assesmen klinis, karena hasilnya yang kurang detail dan tidak kompleks.